Sa’ad bin Mu’adz, Sahabat yang Menggetarkan ‘Arsy

Source: Film Omar

Sa’ad bin Mu’adz

Sa’ad bin Muadz – Nasab Sa’ad bin Muadz dari jalur ayah adalah Sa’ad bin Muadz
bin Salman bin Imril Qois al-Asyhali al-Anshari, dan jalur ibu adalah Kabsyah
bin Rafi’ bin Ubaidah bin Tsa’labah. Adapun nama kunyah-nya adalah Abu
Amr.

Sa’ad adalah seorang pemuda Bani Aus yang terkenal ahli
dalam menunggang kuda, dan seseorang yang pemberani. Ayahnya bernama Mu’adz bin
An-Nu’man. Sementara ibunya bernama Kabsyah bintu Rafi’. Adapun istri Sa’ad
adalah Hindun binti Sammak, bibi dari Usaid bin Hudhair.

Sa’ad adalah pemimpin Bani Abdul Asyhal, bagian dari Bani Aus.

Sa’ad bin Muadz merupakan salah satu seorang sahabat Anshar,
yang merupakan penduduk asli Yastrib, atau sekarang Madinah.

Beliau adalah seorang pemuda yang berpostur tinggi-besar dan
berwajah tampan. Kulit beliau putih, dan janggutnya rapi.

Sa’ad bin Muadz merupakan tokoh dari Bani Asyhal, bagian
dari Bani Aus. Beliau memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kaumnya.

 

Kisah awal mula masuknya Islam di
Yatsrib, Madinah

Ketika itu, ada
serombongan penduduk Yatsrib datang menuju Makkah di musim haji (Dzulhijjah), mereka
berniat menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Saat itulah
Rasulullah Saw membacakan Al-Qu’ran kepada para tamu tersebut, dan mengabarkan
tentang apa itu Islam. Tanpa keraguan, penduduk Yatsrib ini pun beriman akan
ajaran Tauhid ini.

Setibanya di kampung
halaman mereka pun mendakwahkan Islam kepada orang-orang kampung mereka.

Untuk mengetahui
kisah awal mula masuknya Islam di tanah Madinah, silahkan lihat di sini.

 

Di tahun berikutnya,
dengan banyaknya pertambahan penduduk yang memeluk Islam, mereka meminta kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengirim seorang sahabat
senior untuk membimbing mereka.

Tentu saja, Rasulullah
Saw menanggapi permintaan ini dengan mengirim Mush’ab bin. Dengan diutusnya
Mush’ab bin Umair, cerita keislaman dari Sa’ad bin Muadz dan tokoh-tokoh
Yatsrib lainnya dimulai.

Untuk mengetahui kisah Mush’ab bin Umair, silahkan lihat di sini.

 

Kisah Sa’ad bin Muadz memeluk agama
Islam

Setelah diperintah
Rasulullah Saw, Mush’ab bin Umair langsung menuju ke Yastrib, dijemput
sekelompok penduduk Yastrib.

Di Yastrib, Mush’ab
menetap di rumah As’ad bin Zurarah, dari Bani Ghanam.
Tak menunggu lama, beliau memulai mengajari penduduk tentang ajaran Islam, membacakan
Al-Qur’an, dan menyeru kepada tauhid.

Untuk mengetahui
tentang As’ad bin Zurarah silahkan lihat di sini.

 

Kedatangan Mush’ab
bin Umair ini akhirnya terdengar oleh seorang tokoh Yatsrib, Sa’ad bin Muadz.

Sa’ad bin Muadz
berkata kepada Usaid bin Hudhair,

“Temuilah dua orang
laki-laki itu (As’ad bin Zurarah dan Mush’ab bin Umair). Mereka datang ke
pemukiman kita, untuk membodohi orang-orang lemah dari kalangan kita. Larang
dan ancam mereka. Aku tidak mau melakukannya, karena As’ad bin Zurarah adalah
anak bibiku (sepupuku). Seandainya bukan karena hal itu, maka aku (akan
melakukannya sendiri dan) tidak (lagi) menyuruh (dirimu).”

Segera, Usaid bin
Hudhair mengambil tombaknya dan pergi menemui Mush’ab dan As’ad, yang saat itu
sedang duduk di kebun.

Ketika As’ad bin
Zararah radhiallahu ‘anhu melihat kedatangan Usaid bin Hudair, maka ia
berkata kepada Mush’ab bin Umair,

“Dia (Usaid bin
Hudhair) adalah pemimpin kaumnya, berkatalah dengan benar tentang Allah
kepadanya.”

Mush’ab bin Umair
menjawab, “Jika ia mau duduk dan mendengarkan, aku akan bicara kepadanya.”

Lalu, Usaid bin
Hudair datang dan berdiri di hadapan keduanya, dan mecaci-maki keduanya. Kemudian,
dia berkata,

“Apa tujuan kalian
datang kepada kami, untuk membodohi orang-orang lemah dari kami?! Jika kalian
mempunyai suatu kepentingan, sekarang pergilah.”

Amarah Usaid yang
meledak-ledak, diladeni dengan tenang oleh Mush’ab,

“Maukah kamu duduk
dan mendengarkanku? Jika kamu menerima apa yang aku katakan, maka tentunya kamu
bisa menerimanya. Dan jika kamu membencinya, maka hentikanlah.”

Usaid menjawab, “Kamu
benar.”

Usaid pun
menancapkan tombaknya, dan duduk bersama keduanya.

Setelah itu, Mush’ab
bin Umair berbicara tentang Islam dan membacakan Alquran kepada Usaid bin
Hudair.

Usaid pun sangat
berkesan dengan pembawaan tenang Mush’ab bin Umair. Lalu, dia mengatakan,

“Demi Allah, sungguh
kami telah mengetahui kemuliaan Islam, sebelum ia (Muhammad) berbicara tentang
Islam, dalam kemuliaan dan kemudahannya.”

Kemudian, dia
berkata lagi, “Sungguh, tidak ada yang lebih bagus dari perkataan ini
(Alquran), apa yang harus aku lakukan, jika aku ingin masuk agama ini?”

Maka, Mush’ab menjelaskan
kepadanya,

“Kamu harus mandi untuk
mensucikan diri, mensucikan pakaianmu, kemudian bersyahadat dengan benar, dan
melaksanakan shalat.”

Selanjutnya, Usaid
bin Hudair pun mandi, menyucikan pakaiannya, bersyahadat, dan shalat dua
rakaat.

Setelah menunaikan hal-hal
mulia teersebut, Usaid menjelaskan bagaimana kedudukan seorang Sa’ad bin Muadz,
orang yang menyuruhnya mengusir Mush’ab bin Umair.

“Sesungguhnya, ada
seseorang di belakangku, jika dia mengikuti kalian berdua, niscaya tidak ada
seorang pun dari kaumnya, kecuali akan ikut memeluk agama Islam. Aku akan bawa
kalian kepadanya.”

Tentu saja Mush’ab
menerima usulan tersebut.

Bersama dengan Usaid
bin Hudair dan As’ad bin Zurarah, Mush’ab bin Umair menuju ke tempat Sa’ad bin
Muadz, yang tengah berkumpul bersama kaumnya.

Melihat kedatangan
Usaid, Sa’ad berkata kepada orang di sekelilingnya,

“Aku bersumpah atas
nama Allah, dia datang dengan wajah yang berbeda, saat dia (Usaid bin Hudair)
berangkat meninggalkan kita.”

Setelah itu, Sa’ad
menanyakan kepada Usaid tentang hasil pertemuannya dengan As’ad dan Mush’ab.

Mush’ab bin Umair
pun memulai pembicaraan dengan Sa’ad. Beliau membacakan ayat-ayat Al-Qur’an terhadap
Sa’ad, dan menjelaskan tentang siapa itu Muhammad bin Abdullah.

Setelah melakukan
dialog dengan Mush’ab, Sa’ad pun berkata, “Demi Allah, dari wajahnya, sesungguhnya
kami telah mengetahui kemuliaan Islam, sebelum ia (Muhammad) berbicara tentang
Islam, tentang kemuliaan dan kemudahannya.”

Kemudian Sa’ad
berkata, “Apa yang harus kami perbuat, jika kami hendak memeluk Islam?”

Mush’ab pun
menjawab, “Mandilah, bersihkan pakaianmu, ucapkan dua kalimat syahadat,
kemudian shalatlah dua rakaat.”

Sa’ad pun melakukan
apa yang diperintahkan Mush’ab kepadanya.

Setelah melakukan
hal-hal tersebut, Sa’ad bin Muadz berdiri dan berkata kepada kaumnya,

“Wahai Bani Abdu
Asyhal, apa yang kalian ketahui, tentang kedudukan di sisi kalian?”

Mereka menjawab, “Kamu
adalah pemuka (tokoh) kami, orang yang paling bagus pandangannya, dan paling
lurus tabiat-nya.”

Untuk melihat
tentang kisah masuknya Sa’ad bin Muadz ke dalam Islam, silahkan lihat di sini.

 

Tidak sampai sore
hari, seluruh kaumnya pun beriman kecuali Ushairim, yang
beriman sesaat sebelum meletusnya Perang Uhud. Dalam literasi Islam, kisah
tentang Ushairim terangkat dalam goretan tinta emas.

Bahkan, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
bersabda mengenai Ushairim, “Dia beramal sedikit, namun
mendapat ganjaran (pahala) yang sangat banyak.”

Untuk melihat kisah
tentang Ushairim dari Bani Abdu Asyhal, lihat di sini.

Sa’ad bin Muadz dalam perjuangan Islam

 

Ketika Rasulullah Saw hijrah ke Yastrib, Madinah

Sa’ad bin Muadz masuk Islam pada tahun 622 M (1 H. Dalam
riwayat lain, beliau masuk Islam satu tahun sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
ke Kota Yastrib. Beliau saat itu berusia 31 tahun.

Sementara itu, di Makkah sendiri sedang banyak penyiksaan
dan hingga pembunuhan yang dilakukan oleh kaum Quraisy pada kaum Muslimin.
Sehingga, turunlah perintah Allah tentang berhijrah keluar dari Makkah. Lalu,
terjadilah gelombang hijrah menuju berbagai daerah di Jazirah Arab.

Bahkan, Rasulullah Saw sendiri juga harus hijrah, ditemani
sahabat karibnya, Abu Bakar As-Sidiq.

Ketika Rasulullah Saw tiba di Yastrib, Sa’ad bin Muadz
menyambut Utusan Allah Swt dengan gembira. Hingga, beliau menjadi adalah satu
dari figur kuat di antara golongan Anshar. Di mana beliau selalu melindungi dan
mengikuti Rasulullah Saw, dalam mengatur dan mengokohkan posisinya di Madinah.

Di tahun ini pula, peristiwa Ba’iat ‘Aqabah kedua terjadi.

Sa’ad bin Mu’adz termasuk di antara 73 sahabat, ditambah 2 muslimah,
yang berbaiat kepada Rasulullah Saw di bukit Aqabah. Dengan baiat yang
diberikan oleh para sahabat berpengaruh dari Bani Aus dan Khazraz, maka pintu
tegaknya agama Islam pertama, dimulai.

Untuk melihat lebih jelas tentang peristiwa
Ba’iat ‘Aqabah kedua
, silahkan lihat di sini.

 

Kisah dalam peristiwa Perang Badar

Beberapa saat sebelum terjadi Pertempuran Badar, Sa’ad bin
Mu’adz berkunjung ke Makkah untuk melaksanakan Umrah bersama temannya Umayah bin
Khalaf. Ketika beliau berada di Makkah, ia akan tinggal di rumah Umayah.
Sementara ketika Umayah ke Madinah, ia akan tinggal di rumah Sa’ad.

Umayah bin Khalaf sendiri adalah mantan tuan dari sahabat
Bilal bin Rabbah, yang telah menyiksa Bilal di tengah padang pasir, sebelum
dibeli dan dimerdekakan oleh Abu Bakar.

Ketika Sa’ad sedang di Makkah, beliau berjumpa dengan Abu
Jahal.

Lalu, terjadilah perselisihan di antara keduanya. Sa’ad
menjadi marah kepada Abu Jahal, sehingga mengancam Abu Jahal. Beliau mengancam
akan menghadang kafilah dagang dari Makkah yang menuju Suriah.

Setelah berpisah, Sa’ad mendapatkan informasi dari Umayah,
jika Abu Jahal merasa terancam kedudukannya, dengan keberadaan Nabi Muhammad
Saw.

Saat pecahnya perang Badar, Sa’ad bin Muadz juga mengikuti
perang ajaib tersebut. Beliau bersuara lantang, dan memberikan jawaban dan
sikap yang jelas terhadap seuran Rasulullah Saw tersebut. Hal ini tentu saja
membuat percikan api semangat kaum Anshar semakin membara, untuk menghadapi
musuh yang tiga kali lebih banyak dari pasukan Muslimin yang hanya berjumlah
313 orang.

 

Kisah dalam peristiwa Perang Uhud

Pada saat Perang Uhud bergejolak, Sa’ad bin Mu’adz berdiri
di samping kekasihnya, Rasulullah Saw. Dalam perang ini, pasukan muslim mendapat
kekalahan telak, akibat melanggar perintah Rasulullah Saw.

Kaum Quraisy yang awalnya sempat kalah karena dirugikan dari
sisi penempatan pasukan dan medan perang, akhirnya bisa membalikkan keadaan.
Tokoh yang menjadi motor serangan kaum Quraisy adalah Khalid bin Walid, yang
belum masuk Islam.

Di sini, Sa’ad pun menjadi tameng Rasulullah Saw. Beliau
tegak berdiri di sisi kekasihnya, untuk melindungi Utusan Allah Swt tersebut
dari serangan Musuh. Dikisahkan, Sa’ad sempat terluka parah akibat peperangan
ini.

 

Kisah dalam peristiwa Perang Khandaq

Pertempuran Khandaq yang terjadi pada tahun 627 M (5 H), membuat
Sa’ad bin Muadz terkena luka parah, mata beliau terkena tombak yang dilemparkan
Hayyan bin Arqah. Dalam riwayat lain, beliau terkena anak panah dari Hibban bin
Qais Al-Araqah di matanya. Dalam riwayat yang lainnya, beliau terkena anak
panah di tangannya, hingga urat nadi beliau terputus.

Kemudian, Rasulullah Saw memerintahkan para sahabat, agar
Sa’ad dibawa ke masjid Nabawi. Di sana, didirikan kemah untuk Sa’ad, agar Rasulullah
Saw dapat mudah menjengguk beliau, selama perawatan intensif tersebut.

Alhasil, Sa’ad bin Muadz tidak dapat mengikuti penyerangan
ke perkampungan Bani Quraizah, yang telah berkhianat kepada kaum Muslimin, saat
perang Khandaq.

 

Kisah dalam peristiwa Perang Bani
Quraizah

Setelah mendapatkan kemenangan pada perang Khandaq, kaum
Muslimin melakukan pengempungan terhadap benteng Bani Quraizah. Pada akhirnya, Bani
Quraizah menyerah tanpa syarat, terhadap pasukan Muslimin. Tercatat,
pengepungan ini terjadi selama 30 hari.

Nabi Muhammad Saw menunjuk hakim dari Bani Aus, karena mereka
adalah sekutu lama Bani Quraizah. Beliau menunjuk Sa’ad bin Mu’adz atas
keputusan itu. Bani Quraizah juga menerima atas penunjukan itu.

Sa’ad yang mengalami luka dalam pertempuran Khandaq sebelumnya,
akhirnya datang dan memberikan hukuman mati kepada seluruh pasukan Bani
Quraizah, dan semua wanita dan anak-anak dari Bani Quraizah dijadikan budak.

Untuk lebih mengetahui tentang Perang Bani Quraizah,
silahkan lihat di sini.

 

Wafat Sa’ad bin Muadz

Sahabat Sa’ad bin Muadz radhiallahu ‘anhu adalah tokoh daro sahabat
Anshar, yang memeluk Islam saat beliau berusia 31 tahun. Setelah beliau
mengikuti berbagai peristiwa-peristiwa penting dalam awal mula perjalanan Islam,
beliau kembali ke sisi Allah Swt.

Beliau meninggal, beberapa hari setelah memberikan keputusan
terhadap Bani Quraizah, yang berkhianat terhadap perjanjian dengan Rasulullah
Saw.

Sa’ad bin Muadz menghebuskan nafas terakhirnya di pangkuan kekasihnya,
Rasulullah Saw. Beliau wafat pada tahun 5 H, ketika beliau berusia 37 tahun. Beliau
dimakamkan di pemakaman Baqi, di Madinah.

Kisah sahabat Sa’ad bin Muadz radhillahu ‘anhu saat wafat,
juga diabadikan dalam literatur islam. Tercatat, Rasulullah Saw bersabda,
ketika memakamkan jenazah Sa’ad,

“Sungguh, ‘Arasy Ar-Rahman bergetar, dengan kepulangan Sa’ad
bin Muadz.”

Untuk mengetahui lebih jelas tentang kisah wafatnya Sa’ad bin
Muadz, silahkan lihat di sini.

 

Kedudukan Sa’ad bin Muadz di antara kaum Muslimin

 

Kesetiaan Sa’ad bin Muadz kepada Rasulullah Saw

Dari Muhammad bin Amr dan al-Laits, dari kakeknya berkata,

“Rasulullah berangkat menuju Badar. Sampai tiba di suatu
tempat, Rasulullah berkhutbah di hadapan sahabatnya. Lalu, beliau bertanya,
‘Bagaimana pendapat kalian?’

Abu Bakar menjawab, ‘Wahai Rasulullah, telah sampai berita
kepadaku bahwa mereka (Quraisy) demikian dan demikian’.

Kemudian Rasulullah kembali berkhutbah. Lalu, beliau
bertanya lagi, ‘Bagaimana pendapat kalian?’

Umar menjawab sebagaimana jawaban Abu Bakar.

Kemudian, Beliau Saw berkhutbah dan kembali bertanya,
‘Bagaimana pendapat kalian?’

Sa’ad bin Muadz menjawab,  

‘Wahai Rasulullah, jawaban (dari) kami kah (Anshar) yang engkau
inginkan? Demi Dzat yang telah memuliakanmu dan menurunkan kitab kepadamu, jika
engkau menempuh suatu tempat yang kami belum mengetahuinya, hingga engkau menuju
Barku al-Ghumad di arah Yaman. Pasti, kami akan menempuhnya bersamamu. Kami
tidak akan menjadi sebagian dari orang-orang Bani Israil, yang berkata kepada
Musa,

 

فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ

 

“Pergilah kamu bersama Rabb-mu, berperanglah. Sesungguhnya,
kami di sini (menunggumu dan) duduk-duduk saja.” (QS. Al-Maidah: 24)

Sedangkan kami akan mengatakan, ‘pergilah engkau bersama Rabb-mu,
dan berperanglah. Sesungguhnya, kami mengikutimu’.”

 

Sa’ad bin Muadz dijamin masuk Surga

Sa’ad bin Muadz termasuk di antara sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
yang dikabarkan menjadi penghuni surga. Hal itu tersirat
dalam sabda Beliau Saw, ketika Nabi diberi sebuah jubah dari sutra yang halus. Beliau
Saw menolak pemberian itu dengan berkata,

 

والذي نفس محمد بيده، لمناديل سعد بن معاذ في الجنة أحسن من هذا

 

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Sesungguhnya,
sapu tangan Sa’ad bin Muadz di surga, lebih baik dari ini.”

 

Kisah-kisah tentang Sa’ad bin Muadz

 

Kisah tentang kuburan Sa’ad bin Muadz
yang dipersempit

Saat itu, setelah Sa’ad bin Muadz meninggal, beliau dikuburkan
di pemakaman Baqi’. Namun, ada beberapa kisah yang menyatakan, jika kuburan Sa’ad
dipersempit karena sesuatu.

Tentu saja, hal ini terasa aneh. Karena biasanya, orang yang
dipersempit kuburnya, adalah orang-orang yang durhaka kepada Allah Swt.

Oleh sebab itu, untuk mengetahui kisah tentang kuburan Sa’ad
bin Muadz yang dipersempit, silahkan lihat di sini.

 

Kisah tentang Sa’ad Sa’ad bin Muadz yang menguncangkan ‘Arsy

Dikisahkan, ada riwayat yang menyebutkan, Rasulullah Saw menceritakan
kepada para Sahabat tentang kedudukan Sa’ad bin Muadz di sisi Allah Swt,
setelah beliau dimakamkan. Karena dikabarkan, makhluk terbesar yang diciptakan
Allah Swt itu bergetar hebat, karena kembalinya Sa’ad bin Muadz.

Untuk mengetahui kisah tentang Sa’ad bin Muadz yang
menguncangkan ‘Arsy, silahkan lihat di sini.

 

Seperti itulah kisah lengkap Sa’ad bin Muadz mulai dari masa
beliau sebelum masuk Islam. Hingga masa beliau masuk Islam dan berjasa pada
kemudahan berkembangnya Islam di sana. Bahkan, beliau menjadi pelindung Rasulullah
Saw dalam perang Badar. Ataupun dalam perang Khandaq, beliau yang terluka parah
akibat tertusuk panah. Hingga pada masa-masa terakhir beliau dalam peran
mengadili Bani Quraizah.

Wallohu’alam

Leave a Comment