Mengenal Lebih dalam Imam-Imam Hadist

Imam-Imam Hadist – Sudah menjadi fakta sejarah, jika sudah pernah ada pemalsuan dan penyalah-gunaan hadist yang beredar di zaman para sahabat. Mulai dari pemerintahan khulafaur rosyidin hingga dinasty Umayyah. Semua hal tersebut tidah lebih dari penyalah-gunaan hadist demi kepentingan suatu individu atau kelompok, demi mendapatkan simpati atau dukungan publik.



Parahnya, di antara itu semua, juga terjadi pemalsuan besar-besaran terhadap hadist-hadist Nabi Saw. Untuk menggiring publik, menaikkan popularitas, atau pun demi melegalkan tindakan suatu kaum. 


Semua itu terlepas dari pengkontrolan hadist-hadist nabi di masa pasca wafat Nabi Saw. 


Sehingga, pada zaman bani Umayyah, penyaringan hadist dilakukan secara mendetail, setelah dimulainya pembukuan hadist oleh imam Bukhari. Lalu, muncullah Muhaddistin lain yang meneruskan perjuangan imam Bukhari. Seperti, Muslim, Abi Dawud, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majjah, dan Ahmad.


Oleh sebab itu alangkah bijaknya, kaum muslimin mulai melakukan tapak tilas dan mengenal sejarah kembali, atas jasa besar para Muhaddistin. Sehingga, mengenal imam-imam Hadist terasa penting di zaman yang serba modern ini. 


Agar, kita tidak melupakan sejarah yang ada. Seperti, kenapa bisa hadist yang diriwayatkan oleh imam Bukhari lebih diunggulkan dari imam-imam lain, silahkan lihat di sini

Imam-imam Hadist


1. Imam Bukhari (194 – 256 H/ 773 – 835 M)



Nama lengkap:
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhari bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah.


Lahir:
Bukhara, Uzbekistan setelah Shalat Jumat, pada tanggal 13 Syawal 194 H/810 M.


Wafat:
Pada malam Sabtu selesai shalat Isya’, tepat pada malam Idul Fitri tahun 252 H/870 M.
Dikebumikan di Khirtank, kampung yang tidak jauh dari Samarkand.


Sejarah singkat:
Beliau terkenal sangat wara’, banyak membaca Al Qur’an pada siang dan malam, serta gemar berbuat kebaikan kepada sesama ataupun lingkungan.


Sejak umur 10 tahun, Beliau sudah mulai menghafal hadits yang tidak sedikit jumlahnya.
Beliau telah menulis kumpulan 600.000 hadits. Kemudian, beliau pilih lagi menjadi 100.000 hadits shahih.


Shahih al-Bukhari adalah karya utama Imam Bukhari.
Nama lengkap kitab beliau ini adalah Al-Jami’ ash-Shahih al- Musnad al-Mukhtashar min Umūri Rasūlillah Shallallahu ’alayhi wa Sallam wa Ayyamihi (Jami’us Shahih).


Beliau menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk menyusun kitab-nya ini. Hal ini dikarenakan, beliau harus memverifikasi seluruh hadist yang ada di Shahih al-Bukhari dengan bertemu dengan rawi’-nya. Bukan hanya itu, beliau juga meneliti track record dari rawi’ tersebut.


Apabila ada kecacatan pada rawi’ tersebut atau tidak memenuhi syarat beliau untuk meriwayatkan hadist. Maka, hadist tersebut akan ditolak oleh beliau.


Beliau memperoleh hadits dari beberapa hafizh, antara lain Maky bin Ibrahim, Abdullah bin Usman Al Marwazy, Abdullah bin Musa Al Abbasy, Abu Ashim As Syaibany, dan Muhammad bin Abdullah Al Anshari.


Dalam kitab Jami’us Shahih ini, beliau menuliskan 6.397 buah hadits, dengan hadist yang diulang. Hadist muallaq sejumlah 1.341 buah, dan Hadist mutabi’ 384 buah. Jadi, keseluruhannya berjumlah 8.122 buah Hadist.


Karya-karya lain Imam Bukhari antara lain:
* Qadlayas Shahabah Wat Tabi’in
* At Tarikhul Kabir
* At Tarikhul Ausath
* Al ‘Adabul Munfarid
* Birrul Walidain.


2. Imam Muslim (204 – 261 H/ 783 – 840 M)



Nama lengkap:
Abul Husain Muslim bin Al Hajaj Al Qusyairy.


Lahir:
Dilahirkan di Nisabur, Iran tahun 204 H/820 M.


Wafat:
Pada hari Minggu, Rajab tahun 261 H/875 M.
Dimakamkan pada hari Senin di Nisabur.


Sejarah singkat:
Beliau pergi ke berbagai kota untuk berguru hadits.
Mulai dari berguru ke Yahya bin Yahya, Ishaq bin Rahawaih, Muhammad bin Mahran, Abu Hasan, Ibnu Hanbal, Abdullah bin Maslamah, Yazid bin Mansur dan Abu Mas’ad, Amir bin Sawad, Harmalah bin Yahya, Qatadah bin Sa’id, Al Qa’naby, Ismail bin Abi Uwais, Muhammad bin Al Mutsanna, Muhammad bin Rumhi dan lain-lain.


Dalam bidang hadits, beliau juga memiliki karya Jami’ush Shahih.


Jumhur ulama mengakui, kitab Shahih al-Muslim adalah secermat-cermat isnad/susunan sanad-nya dan sekurang-kurang perulangan hadistnya. Kitab ini berisikan 7.273 buah hadits, termasuk dengan hadist yang diulang. Jika tidak diulang Kitab Shahih Muslim yang terdiri dari 7180 Hadits.
Kitab beliau memiliki derajat tertinggi di dalam perihal pengkategorisasian (tabwib).


Guru-guru beliau: Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Bukhari.


Adapun murid murid beliau: Imam at-Tirmidzi, Abū Hatim ar-Razi dan Abū Bakr bin Khuzaimah.


Karya lainnya ialah:
· Musnadul Kabir (Kitab yang menerangkan tentang nama-nama rijalul hadits)
· Al Jami’ul Kabir
· Kitabul ‘ilal wa kitabu auhamil muhadditsin
· Kitabut Tamyiz
· Kitab man laisa lahu illa rawin wahidun
· Kitabut thabaqatut tabi’in
· Kitabul Muhadiramin


3. Imam Abu Dawud (202 – 275 H/ 817 – 889 M)



Nama lengkap:
Abu Dawud Sulaiman bin Al Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amr bin Amran Al Azdi As Sijistani.


Lahir:
Sijistan (antara Iran dan Afganistan) pada 202 H/817 M.


Wafat:
Basrah pada tahun 275 H/889 M dalam usia 73 tahun.


Sejarah singkat:
Beliau seorang ulama, hafizh (penghafal Al Qur’an), dan ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan tentang ke-Islaman, khususnya dalam bidang ilmu fiqih dan hadits.


Beliau berguru kepada para pakar hadits, seperti: Ibnu Amr Ad Darir, Qa’nabi, Abi Al Walid At Tayalisi, Sulaiman bin Harb, Imam Hambali, Yahya bin Ma’in, Qutaibah bin Sa’id, Utsman bin Abi Syaibah, Abdullah bin Maslamah, Musaddad bin Marjuq, Abdullah bin Muhammad An Nafili, Muhammad bin Basyar, Zuhair bin Harb, Ubaidillah bin Umar bin Maisarah, Abu bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Mutsanna, dan Muhammad bin Al Ala.


Abu Dawud menghasilkan sebuah karya terbaiknya yaitu Kitab Sunan Abi Dawud. Kitab ini dinilai sebagai kitab standar peringkat 2 (kedua) dalam bidang hadits, setelah kitab standar peringkat pertama yaitu Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.


Dalam kitabnya tersebut Abu Dawud mengumpulkan 4.800 buah hadits dari 500.000 hadits lebih yang beliau catat dan hafal.


Kitab karangan Abu Dawud yang berjumlah 20 judul, dan tidak kurang dari 13 judul kitab yang telah mengulas karya tersebut (20 judul tadi) dalam bentuk syarh (komentar), mukhtasar (ringkasan), tahzib (revisi) dll.


Beliau tinggal dan menetap di Basra.


Kitab beliau utamanya menggabungkan antara riwayat-riwayat yang berkaitan dengan ahkam dengan ringkasan (mukhtasar), dalam permasalahan fiqih yang berkaitan dengan hukum.


Kitab beliau tersusun dari 4.800 ahadits. Al Khathaby mengomentari jika Kitab Sunan Abu Dawud itu adalah kitab yang lebih banyak fiqih-nya daripada Kitab As-Shahihain.


4. Imam At-Tirmidzi (209-279 H/ 824-892 M)



Nama lengkap:
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at Tirmidzi bin Musa bin Dahhak As Sulami Al Buqi.


Lahir:
Termez, Tadzikistan pada bulan Dzulhijah 209 H/824 M.


Wafat:
Termez pada akhir Rajab tahun 279 H/892 M. Dengan umur 70 tahun.


Sejarah singkat:
Beliau merupakan ilmuwan Islam, pengumpul hadits kanonik (standar buku).
Seorang ahli hadits, Abu Ya’la Al Khalili menyatakan, jika At Tirmidzi adalah seorang Siqah (terpercaya) dan hal ini disepakati oleh para ulama.


Ibnu Hibban Al Busti (ahli hadits) mengakui kemampuan At Tirmdzi dalam hal menghafal, menghimpun, dan menyusun hadits.


At Tirmidzi adalah seorang murid dari Imam Bukhari dan beberapa guru lainnya. Seperti: Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Musa.


Kitab beliau yang terkenal, Jami’ at-Tirmidzi menyebutkan seputar permasalahan fiqh dengan penjelasan yang terperinci.


Beliau juga memiliki kitab Ilalul Hadits. 


5. Imam An-Nasa’i (215-303 H/ 830-915 M)



Nama lengkap:
Abu Abdir Rahman Ahmad bin Syu’aib an-Nasa’i bin Ali bin Bahr bin Sinan.


Lahir:
Nasa’, Khurasan 215 H/830 M.


Wafat:
Ramlah, Palestina dalam usia 88 tahun.
Dimakamkan di antara Shafa dan Marwah di Mekah pada hari Senin, 13 Safar tahun 303 H/915 M.


Sejarah singkat:
Nama panggilan/kauniyah beliau adalah Abu Abdul Rahman An-Nasa’i.


Beliau memilih Mesir, sebagai tempat menyiarkan hadits-hadits yang beliau pahami.


Beliau mempunyai keahlian dalam bidang hadits dan ahli fiqih, dalam mazhab Syafi’i.


Beliau memiliki guru-guru dalam bidang hadits antara lain: Qutaibah bin Sya’id, Ishaq bin Ibrahim, Ahmad bin Abdul Amru bin Ali, Hamid bin Mas’adah, Imran bin Musa, Muhammad bin Maslamah, Ali bin Hajar, Muhammad bin Mansyur, Ya’kub bin Ibrahim, dan Haris bin Miskin.


Di kota Damaskus, Beliau menulis kitab Khasais Ali ibn Abi Thalib (Keistimewaan Ali bin Abi Thalib). Sedangkan karya-karyanya yang lain yaitu:
* As Sunan Al Kubra (Sunan-sunan yang Agung)
* As Sunan Al Mujtaba (Sunan-sunan Pilihan)
* Kitab At Tamyiz (Pembeda)
* Kitab Ad Du’afa (Tentang Orang-orang Kecil)
* Khasais Amir Al Mu’minin Ali ibn Abi Thalib
* Manasik Al Hajj (Cara Ibadah Haji)
* Tafsir


Dari kitab-kitab tersebut, As-Sunan Al Kubra merupakan karya terbesar beliau. 


6. Imam Ibnu Majah (209-273 H/ 824-887 M)



Nama lengkap:
Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah al-Qadziani Ar Raba’i Al Qazwani.


Lahir:
Qazwin, Iran 209 H/824 M.


Wafat:
Qazwin pada hari Selasa, tanggal 20 Ramadhan 273 H/18 Februari 887 M dalam usia 64 tahun.


Sejarah singkat:
Majah adalah nama gelar (Laqab) bagi Yazid.

Ayah beliau juga dikenal dengan nama Majah Maula Rab’at. Ada juga pendapat yang menyebutkan, jika Majah adalah kakeknya Ibnu Majah.


Ibnu Majah selain memiliki keahlian dalam bidang hadits, ada 2 (dua) keahlian beliau dibidang lain. Yaitu, tafsir Al Qur’an Al Karim dan At Tarikh.


Pada usia 21 tahun, beliau mulai mengadakan perjalanan untuk mengumpulkan hadits. Dengan cara tersebut, beliau telah mendapatkan hadits-hadits dari para ulama terkenal, yang mana juga sebagai guru beliau.


Seperti, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numaayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al Azhar, Basyar bin Adam serta para pengikut Imam Malik, dan Al Layss.


7. Imam Ahmad (164-241 H/ 780-855 M)

Nama lengkap:
Abu Abdillah bin Muhammad bin Hanbal Al Marwazy.

Lahir:
Baghdad. Rabiul Awal, tahun 164 H/780 M.


Wafat:
Baghdad, hari Jumat Rabiul Awal, 241 H/855 M.
Dimakamkan di Marwaz.


Sejarah singkat:
Beliau terkenal sebagai salah seorang pendiri madzhab yang dikenal dengan nama Hanabilah (Hanbaly).


Beliau mulai mencari hadits sejak berumur 16 tahun, hingga merantau ke kota-kota di Timur Tengah.


Dari perantauan inilah, beliau mendapatkan guru-guru terkenal. Antara lain: Sufyan bin ‘Uyainah, Ibrahim bin Sa’ad, Yahya bin Qaththan.
Dan beliau adalah salah seorang murid Imam As Syafi’i yang paling setia.


Beliau merupakan seorang ahli hadits yang diakui kewara’an dan kezuhudannya.


Menurut Abu Zur’ah, beliau mempunyai tulisan sebanyak 12 macam, yang dikuasai di luar kepala. Beliau juga mempunyai hafalan matan hadits sebanyak 1.000.000 buah.


Karya beliau yang sangat gemilang adalah Musnadul Kabir. Kitab ini berisikan 40.000 buah hadits yang 10.000, di antaranya merupakan hadits ulangan. Karya beliau yang paling utama adalah Musnad Ahmad yang tersusun dari 30.000 ahadits dalam 24 juz.


Beliau pulang ke rahmatullah, yang mana jenazahnya diantar oleh 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan.



Gelar-gelar untuk para Imam Hadist:



1. Muttafaq ‘alaih/ Syaikhani: Bukhari dan Muslim.


2. Ats-Tsalatsah (imam yang tiga): Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan An-Nasa’i.


3. Al-Arba’ah (imam yang empat): Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ibnu Majah.


4. Al-Khamsah (imam yang lima): Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, Ibnu Majah, dan Ahmad.


5. As-Sittah (imam yang enam): Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ibnu Majjah.


6. As-Sab’ah (imam yang tujuh): Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, Ibnu Majjah, dan Ahmad.


Kedua Ulama Ahli hadits yang biasa disebut dengan As Syaikhani (الشيخان ) adalah Imam Bukhari dan Muslim. Kedua kitab Shahih beliau berdua disebut Shahihain (الصحيحين).


Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh mereka berdua dari sumber sahabat yang sama, disebut muttafaq ‘alaih (متفق عليه ).


Ats-Tsalatsah adalah kitab hadits yang telah ditambahi beberapa masalah selain hadits. Seperti, peninjauan masalah fiqh/muamalah berdasarkan hadist.


Begitu pula dengan Al-Arba’ah, gelar tersebut berubah, karena dimasukannya Ibnu Majjah dalam katagori tersebut.


Hal ini juga berlaku untuk Al-Khamsah, di mana Imam Ahmad dimasukkan dalam katagori Al-Arba’ah.


Sedangkan untuk As-Sittah. Mencakup semua Imam perowi hadist selain Ahmad. Hal ini dikarenakan, Imam Ahmad belum mempublikasikan kitab hadits beliau.


Ketika Imam Ahmad sudah mempublikasikan Musnad Ahmad, beliau dimasukkan kedalam As-Sab’ah dan Al-Khamsah.


Fakta dibalik Imam Bukhari dan Muslim yang menjadi rujukan utama Hadits:



Ulama hadits pada masa Imam al-Bukhari dan Imam Muslim maupun setelahnya, bersepakat. Jika, kumpulan hadits yang dimuat dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, yang jamak disebut Shahihain, adalah kitab yang lebih utama dibanding kitab hadits lain.


Dua kitab ini dinilai sebagai kitab hadits yang menetapkan syarat-syarat kesahihan hadits yang ketat.
Syarat kesahihan riwayat hadits adalah ‘ketersambungan sanad antarperawinya’.


1. Perawi dengan pribadi yang shalih


2. Perawi yang terjaga kepribadiannya (‘adalah)


3. Perawi yang kuat hafalannya (dlabth)


4. Matan hadist tidak janggal (syadz)


5. Matan hadist tidak cela (‘illat)


Imam al-Bukhari maupun Imam Muslim memegang teguh kelima syarat tersebut, dengan kriteria yang lebih ketat.


Semisal, Imam al-Bukhari menggunakan syarat “keharusan para perawi benar-benar untuk saling bertemu (tsubutul liqa’)” sebagai kriteria ketersambungan sanad dalam Shahih-nya.


Sedangkan bagi kalangan ulama hadits lain, adanya “kemungkinan para perawi untuk bertemu secara masa/acara ramai dan tempat luas (imkaniyatul liqa’)”. Sehingga, itu juga dipandang sudah memenuhi syarat ketersambungan sanad.


Begitu pula di dalam Shahih Muslim, salah satu syarat yang dipertimbangkan ketat adalah, “jika Imam Muslim lebih banyak menggunakan hadits-hadits yang disandarkan pada Nabi (marfu’)” di dalam kitabnya. 


Sehingga, riwayat dalam kitab Shahih Muslim yang disandarkan pada sahabat (mauquf) maupun generasi setelahnya, jumlahnya hanya sedikit.


Di sisi lain, ulama selain Bukhari dan Muslim melakukan hal lain dalam menyikapi hadits yang tidak termasuk dalam Shahihaini.


Yang pertama melakukan hal tersebut adalah Abu Dawud, di susul At-Tirmidzi, An- Nasa’i, Ibnu Majjah, dan yang terakhir imam Ahmad.

Untuk mengetahui tentang sejarah perkembangan ilmu hadits, silahkan lihat di sini.



Julukan untuk kitab-kitab yang diriwayatkan imam Hadits:



1. Shahihaini: Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.


2. Al Kutub Ats-Tsalatsah: Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, dan Sunan An-Nasa’i.


3. Al Kutub Al-Arba’ah: Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa`i, dan Sunan Ibnu Majah.


4. Al Kutub Al-Khamsah: Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa`i, Sunan Ibnu Majah, dan Musnad Ahmad.


5. Al Kutub As-Sittah: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa`i, dan Sunan Ibnu Majjah.


6. Al Kutub As-Sab’ah: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa`i, Sunan Ibnu Majjah, dan Musnad Ahmad.

Keterangan:

Disebut Shahih, karena kitab ini hanya menyinggung matan dan sanad saja.


Disebut Sunan, karena kitab ini mengandung hadits yang menyinggung masalah fiqh/mu’amalah.


Disebut Musnad, karena kitab ini melampirkan sanad-sanad lengkap dari hadist, tanpa menggunakan nama-nama julukan, gelar, dsb.


Wallohu’alam

Leave a Comment