Sya’ban RA: Seorang sahabat Nabi SAW yang menginspirasi
Kisah Sya’ban RA Sang Lelaki Istiqomah
Melakukan suatu amal kebaikan memang bisa saja
kita lakukan. Namun, tidak semua orang bisa menjaga keistiqomahan dalam
melakukannya.
Istiqomah dalam segala aktifitas positif
khususnya terkait masalah ibadah bukanlah suatu hal biasa. Seorang yang
istiqomah tentunya akan mendapat berbagai keistimewaan dan kemuliaan.
Setiap orang mempunyai cara tersendiri agar bisa istiqomah.
Pribadi yang Istiqomah dalam beribadah
tercermin dalam berbagai kisah inspiratif. Berikut merupakan kisah inspratif
dari seorang sahabat Nabi SAW yang selalu istiqomah dalam beribadah.
Alkisah ada seorang sahabat Nabi SAW yang bernama Sya’ban RA. Beliau adalah orang biasa dan tidak ada suatu apapun yang menonjol darinya. Namun, terdapat suatu kebiasaan yang sering ia lakukan yaitu selalu datang ke masjid lebih awal sebelum shalat berjama’ah untuk beri’tikaf.
Kebiasaan unik tersebut sangat mengenang di
mata para sahabat bahkan Nabi SAW. Sya’ban RA selalu beri’tikaf di pojok depan
masjid dengan penuh kekhusuan.
Kenapa beliau memilih duduk di pojok? Kenapa
gak di tengah saja?
Sya’ban RA memilih tempat duduk di pojok bukan
berarti agar mudah bersender dan nyaman ketika ngantuk atau tidur, melaikan
agar tidak menghalangi jama’ah lain yang akan beribadah. Beliau juga merasa
lebih nyaman dan tidak terganggu dalam beri’tikaf.
Suatu kebiasaan yang sudah dipahami oleh
Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Sya’aban RA pasti berada ditempat tersebut
bahkan sampai shalat berjama’ah dilaksanakan.
Pada suatu hari, saat akan dilaksanakannya
shalat subuh berjama’ah Sya’ban RA tidak ada di tempat biasanya. Rasulullah SAW
merasa heran dan segera bertanya kepada para jama’ah mengenai keberadaan
Sya’ban.
Shalat subuh ditunda beberapa menit untuk
menunggu kedatangan Sya’ban RA. Namun, yang ditunggu tak kunjung datang.
Akhirnya Rasulullah SAW dan para sahabat pun melaksanakan shalat subuh karena
khawatir shalatnya kesiangan.
Usai shalat subuh, Rasulullah SAW kembali
menanyakan kabar Sya’ban RA. Namun, tak ada seorang pun yang mengetahui keberadaan
dan kabar Sya’ban RA.
Rasulullah SAW merasa khawatir terjadi sesuatu
dengan diri Sya’ban RA dan akhirnya Rasulullah SAW pun memutuskan untuk mendatangi
rumahnya.
Kebetulan ada seorang sahabat yang mengangkat
tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui keberadaan rumah Sya’ban RA.
Pergilah Rasulullah bersama para sahabat menuju rumah Sya’ban RA.
Perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki yang
menghabiskan waktu sekitar tiga jam. Sesampainya di depan rumah Sya’ban RA,
Rasulullah SAW mengucapkan salam dan dijawab oleh seorang wanita yang terlihat
sedang bersedih.
"Apakah benar ini rumahnya Sya'ban RA?"
Rasulullah SAW bertanya.
"Iya benar, saya adalah istrinya."
Jawab wanita tersebut.
"Bolehkah saya mengetahui keberadaannya,
karena Sya'ban RA tadi tidak hadir saat shalat Subuh di masjid?" Tanya
Rasulullah SAW.
"Beliau sudah meninggal dunia tadi
pagi."
Wanita tersebut menjawab dengan berlinang air
mata.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun...
Masyaalloh, beliau tidak shalat subuh berjama’ah karena ajal sudah menjemputnya."
Kemudian istri Sya'ban RA bertanya kepada
Rasulullah SAW.
"Ya Rasul, ada sesuatu yang aneh saat
Sya'ban RA menjelang kematiannya. Beliau berkata tiga kali dengan masing-masing
kalimat yang berbeda. Kami semua yang mendengarkannya tidak paham dengan maksud
yang diungkapkan beliau."
"Kalimat apa saja yang Sya'ban
ucapkan?" Tanya Rasulullah SAW.
"Kenapa tidak lebih jauh..."
"Kenapa tidak yang baru..."
"Kenapa tidak semuanya..."
Rasulullah SAW langsung menanggapi apa yang
dijelaskan oleh istri Sya’an RA tersebut.
1. "Kenapa tidak lebih jauh..."
Rasulullah melantunkan ayat yang terdapat dalam
QS. Qaaf ayat 22.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
orang-orang yang sudah terpilih akan terbuka hijabnya.
Apa yang di saksikan oleh Sya'ban RA tidak bisa
disaksikan oleh orang lain.
Ketika sakaratul maut, Allah subhanahu wa
ta'ala menampakkan pahala perjalanan Sya'ban RA saat menuju masjid.
Dalam kesehariannya, Sya'ban RA selalu pergi
pulang ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah lima waktu. Perjalanannya
yang cukup jauh dengan ditempuh sekitar tiga jam.
Pada saat itu pula Sya'ban melihat pahala dari
langkah langkahnya menuju masjid. Dan Allah memperlihatkan bentuk surga
padanya.
Sya'ban RA menyesal, mengapa rumahnya tidak lebih
jauh lagi supaya pahala yang dia dapat lebih banyak dan bisa mendapatkan surga
yang indah.
2."Kenapa tidak yang baru..."
Suatu hari saat musim dingin, Sya'ban RA hendak
pergi ke masjid. Dia merasa kedinginan dan kembali kerumahnya untuk mengambil
satu baju. Sya'ban RA pun menggunakan dua baju yang salah satunya adalah baju
bagus (baru) dan ia memakainya di bagian dalam.
Dalam perjalanannya ia melihat orang yang
kedinginan, lalu Sya'ban RA merasa iba dan memberikan baju yang jelek (dipakai di
bagian luar) kepada orang tersebut.
Akhirnya orang yang kedinginan tersebut pun
terselamatkan dari mati kedinginan. Bahkan, orang tersebut sempat melakukan
salat berjama’ah.
Allah subhanahu wa ta'ala pun menampakan
surga sebagai balasan atas perbuatan baik yang dilakukan oleh Sya'ban RA.
Timbulah penyesalan di hati Sya'ban RA.
Dengan baju jelek saja bisa mengantarkannya
untuk mendapatkan pahala yang begitu besar, apalagi jika ia memberikan baju
yang baru. Tentulah pahala yang ia dapatkan lebih besar lagi.
3. "Kenapa tidak semuanya..."
Selanjutnya Sya'ban RA melihat lagi suatu adegan
saat ia hendak sarapan dengan roti. Ketika hendak mulai sarapan, datanglah
seorang pengemis di depan pintu rumahnya. pengemis tersebut meminta diberi
sedikit roti karena sudah lebih dari tiga hari dia tidak makan.
Sya'ban RA pun merasa iba dan kemudian ia membagi
dua roti itu untuk diberikan kepada pengemis tersebut.
Ketika Sya'ban RA sakaratul maut, Allah subhanahu
wa ta'ala menampakan ganjaran dari perbuatan baik yang dilakukan oleh
Sya'ban RA yaitu surga yang indah.
Sya'ban RA pun kembali menyesal.
Dia berfikir, seandainya semua roti itu
diberikan kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapatkan pahala yang
lebih besar dan surga yang lebih indah.
Penyesalan yang dirasakan Sya'ban RA bukanlah
karena tidak melaksanakan perintah dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Namun, ia menyesali mengapa dia tidak optimal dalam melakukan perbuatan
baiknya.
Dari kisah Sya'ban RA tersebut dapat kita
renungkan betapa mulianya orang yang selalu istiqomah dan banyak berbuat baik.
Lalu, bagaimana agar kita bisa istiqomah?
Yuk…kita baca di link berikut ini:
Sudahkah kita semua siap menghadapi sakaratul
maut? Sudah berapa banyak perbuatan baik yang kita lakukan? Atau masih sibuk
dengan urusan dunia yang tidak bisa kita tinggalkan?
Semoga kita semua selalu dimudahkan untuk
berbuat baik dan selalu mengoptimalkan perbuatan baik di setiap kesempatan.
Aaamiin...
Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad…
Post a Comment for "Sya’ban RA: Seorang sahabat Nabi SAW yang menginspirasi"