Menjaga Akhlak seorang muslim di era dunia digital

Pentingkah kita untuk menjaga akhlak?

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam saja.”(Muttafaq Alaih).

Dengan berkembang pesatnya dunia maya. Pastinya kita tak bisa menghindari lagi untuk bercengkrama dengan berbagai orang. Entah itu secara mengirim pesan atau menggunakan voice.

Semua itu akan menjadi tolak ukur kita saat berkaca dengan agama kita, Islam.

Pernahkah kita sadar? Satu kalimat yang kita ketikan di status atau tweet seseorang, akan mengakibatkan perubahan pada hidup orang itu?

Mungkin, kita masih belum bisa mengerti dan menyadari dampak yang kita dapat saat menggunakan sosmed. Namun, apakah kita sadar, jika kita semakin kemari, semakin menggantungkan hidup kita pada sosmed?

Apa kalian tahu apa artinya itu?

Itu artinya, kalian sudah kecanduan oleh sosmed.

Kecanduan seperti apa?
Tentunya kecanduan untuk mendapatkan like, komentar, atau pun perhatian dari netizen yang maha tahu.

Oleh sebab itu, marilah kita sadari betapa perlunya untuk mengontrol kegiatan kita saat di sosmed.

Apakah media sosial akan membuatku masuk neraka?

Baiklah…

Sosmed merupakan salah satu dari dari sekian banyak alat yang sering membuat seseorang kehilangan jati dirinya. Ataupun, yang merubah jati dirinya menjadi semakin memburuk.

Merujuk pada hadist di atas…

Bukankah kita disuruh diam, andai kita melihat sesuatu yang tak bermanfaat?

Andai kita sambungkan dengan sosmed. Tentu jawabannya adalah status, postingan, dan komentar seseorang.

Apakah kita harus membalas status yang tak bermanfaat, berdampak negatif, atau menggunjing orang?

Semua itu tergantung pada diri kita sendiri. Namun, apakah kita sadar, kalau ketika kita memasukan kayu bakar pada bara api. Tentunya, apinya akan semakin besar bukan?

Lalu, apakah kita akan selamat dari dosa tak langsung, yang kita buat. Andai kita mengompori suatu pihak untuk melakukan hal buruk, menggunjing keburukan suatu pihak tanpa memberikan solusi, ataupun menghukumi seseorang tapi tak tahu permasalahannya?

Dulu, dengan hidup di kota.
Orang berharap hidupnya berubah.
Memang, banyak perubahan yang terjadi.
Entah lebih baik atau buruk.

Tapi, malangnya nasib mereka.
Andai mereka sudah sadar.

Namun kini, dia tak ingin berubah.
Menjadi lebih baik lagi.

Entah karena banyak yang memuji.
Dia merasa sudah menemukan tempatnya.
Dan juga, sudah nyaman pada keadaannya.

Namun mereka lupa.
Bahwa, hidup ini naik dan turun.
Mereka lupa…
Untuk mempersiapkan kesabaran kala turun..
Untuk mempersiapkan qonaah saat naik…
Ah… hidup…

Kenapa engkau menjadi semakin rumit.
Sosial media jadi pisau barumu.
Menusuknya dengan tak terasa.

Namun, tusukanmu meninggalkan racun di sana.
Racun yang membuatnya buta.
Buta akan kondisi batinnya.
Hanya terfokus pada dunia maya.

Yang tak akan memperhatikannya.
Andai dia tertimpa musibah di hari selanjutnya.

Jika saat itu tiba…
Dia barulah sadar…
Jika dia sebenarnya sendiri…
Tanpa teman-teman sosmednya…

Leave a Comment