Apakah cintamu bisa membawamu ke surga?

Sebuah kisah Cinta  yang bisa membawamu ke surga

Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr An-Nakha’i, dia berkata,

“Di Kufah, terdapat seorang pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat beribadah. Suatu hari, dia berkunjung ke kampung milik Bani An-Nakha’.

Dia melihat seorang wanita cantik di antara mereka. Sehingga, dia jatuh cinta dan kasmaran.

Dan ternyata, cintanya pada si wanita cantik tersebut, tak bisa direstui.

Karena sudah terlanjur jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis tersebut. Tapi, si ayah wanita tersebut mengabarkan, jika putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya.

Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar.

Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya,

‘Aku sudah tahu, betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan dirimu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu, atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku, di rumahku.’

Pesan itu kemudian dijawab oleh pemuda tadi, melalui orang suruhannya,

‘Aku tak setuju dengan dua pilihan itu. Sesungguhnya, aku merasa takut, bila aku berbuat maksiat pada Rabbku, atas adzab yang akan menimpaku pada hari persidangan. Aku takut pada api yang tak pernah mengecil nyalanya dan tak pernah padam kobarannya.’

Ketika pesan itu disampaikan kepada si wanita, dia berkata,

“Meskipun begitu, rupanya, dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah daripada orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.”

Kemudian, dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya, serta mulai beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu, pada sang pemuda tersebut. Tubuhnya mulai kurus karena menahan rindu. Sampai akhirnya, dia meninggal dunia karenanya.

Sementara itu, pemuda itu seringkali berziarah ke kuburan wanita cantik tersebut. Dia menangis dan mendo’akanya.

Suatu waktu, dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya itu, dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi, dia sempat bertanya,

“Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kamu dapatkan setelah meninggal?”

Wanita itu menjawab,

“Sebaik-baik cinta, wahai orang yang bertanya… adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.”

Dia kemudian bertanya,

“Jika demikian, kemanakah kamu menuju sekarang?”

Wanita itu jawab,

“Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tiada akhir. Di Surga, kekekalan yang dapat aku miliki, dan tak akan pernah rusak.”

Dia berkata,

“Aku berharap, kamu selalu ingat padaku di sana. Sebab, aku di sini juga tak akan melupakanmu.”

Wanita itu jawab,

“Demi Allah, aku juga tak akan melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT), agar kita nanti bisa dikumpulkan bersama. Maka, bantulah aku dalam hal ini, dengan kesungguhanmu dalam ibadah.”

Dia bertanya,

“Kapan aku bisa melihatmu?”

Jawab si wanita,

“Tak lama lagi, kita akan bertemu kembali.”

Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya. Dia meninggal dunia.

Dalam riwayat lain, disebutkan jika si pemuda tersebut adalah Qais bin Mulawwih (Mulawwah) bin Muzahim bin ‘Adas bin Rabi’ah bin Ja’dah bin Ka’b bin Rabi’ah. Sebagian orang menyebut Qais bin Mu’adz dari Kabilah Ami.

Dan si wanita adalah Layla binti Mahdi bin Sa’d bin Ka’b bin Rabi’ah

Ya, kisah antara Layla dan Majnun. Sebuah kisah tentang,

Jika cinta tak bisa merubahmu menjadi lebih baik…

Itu bukan cinta…

Tapi,

Api nafsu yang kamu yakini sebagai cinta…

Contohlah hakikat cinta itu…

Cinta Rosululloh dan istrinya…

Di mana ibunda khodijah, menjadi wanita terbaik baginya…

Dan nabi, menjadi lelaki terbaik bagi istrinya…

Kedua-duanya semakin menjadi baik…

Bukan sebaliknya…

Leave a Comment